Langsung ke konten utama

Postingan

Kerudung dan Kesadaran Beragama

Postingan terbaru

Anak dari Rahim Perdamaian

  Fajar Ariyanti: Berharmoni karena Nada-Nada Berbeda   Halo, perkenalkan aku Fajar Ariyanti. Aku suka memperkenalkan diri karena kebanyakan orang mengira, namaku diperuntukkan untuk laki-laki, padahal aku perempuan. Aku berasal dari kota kecil di Jawa Tengah, tepatnya Kota Kebumen. Sekarang aku telah menjadi mahasiswa aktif di Departemen Biologi, Universitas Hasanuddin. Aku berasal dari rahim kemajemukan. Sejak kecil, aku telah lama berkenalan dengan kepluralitasan. Aku suka berkenalan dengan orang baru, menelisik pikiran-pikiran riuh yang ada di kepalaku. Terutama, jika bertemu dengan orang yang berbeda dari aku. Mulai dari segi fisik, agama, ras, suku, maupun lainnya. Sejak berada di Kota Makassar, ketertarikan tentang kemajemukan semakin menggebu. Mungkin inilah cara Tuhan menyajikan hidangan terindah-Nya. Pada saat aku menjadi mahasiswa baru, tepatnya ketika satu setengah tahun silam, agak sulit untuk berbaur di lingkungan yang baru. Namun, tak bisa dipungkiri, ternyata ke

Ngaji Islam Nusantara

Ngaji Islam Nusantara Dikutip dari rolling discussion PMII Unhas yang dipantik oleh Kak Nurul Ishlah Maulida Baik, saya mulai saja seperti yang telah dibahas pada diskusi sebelumnya yang dimana   “Islam Nusantara” Bukan hanya islam yang ada di Nusantara namun bisa dipahami Islam dengan corak, warna, kekhasan, keunikan, karakter, dan budaya Nusantara. Nah, selanjutnya yang akan kita bahas adalah sejarah dan karakter islam nusantara. Nusantara memiliki 10 karakter yang berasal dari   pengaruh sejarah dan letak geografis (kawasan). Kita akan membahas yang pertama lima karakter pengaruh sejarah yaitu : 1.    Era Kuno. Era ini sering disebut Pra-HinduBuddha yang berasal dari kepercayaan, adat, dan budaya kuno yang “asli” Nusantara. Era ini mempercayai segala macam arwah, kekuatan magis pada alam dan benda. Sering pula disebut “animisme dan dinamisme”. Yang dimana Animisme adalah suatu kepercayaan pada roh-roh nenek moyang, mereka yang menganut animism mempercayai ke

Tulas-Tulis Madilog Tan Malaka

[RINGKASAN MADILOG] TAN MALAKA Halo teman-teman. Saya ingin berbagi mengenai buku yang telah saya baca. Tujuannya, tak lain tak bukan adalah melatih diri saya untuk tetap menulis. Selain itu, saya tidak ingin apa yang sudah saya baca lewat begitu saja. Semoga tulisan saya bisa dinikmati teman teman semua, ya. Terima kasih! MUKADIMAH----IKLIM Huft, baru di awal pengantar, rasanya kepala sudah cenat cenut. Namun, entah kenapa, hasrat untuk tetap melanjutkan itu selalu ada. Hidup kadang cuma wkkwk, tapi banyak huftnya, ya. Yang menarik dari bab ini adalah kalimat mutiara dari Tan Malaka yang sangat menyindir kaum-kaum konsumis berandalan seperti saya, haha. Kalimatnya gini: Selama toko buku ada, selama itu pustaka bisa dibentuk kembali. Kalau perlu dan memang perlu, pakaian dan makanan dikurangi. Hahaha, ya emang kayaknya Tan Malaka sudah banyak mengamati kondisi sosial kita yang berantakan ini. Dari bab ini, saya bisa menangkap kalau buku ini tidak co